Saya termasuk orang yang jarang membaca buku beberapa waktu terakhir ini. Jangan tiru ya kebiasaan saya. Justru entah kenapa beberapa bulan terakhir saya lebih sering membaca artikel di blog teman-teman dan juga artikel para Kompasianer. Saya ingin belajar gaya kepenulisan yang lebih baik lagi dari artikel yang ditulis oleh teman-teman blooger dan Kompasianer.
Sesekali saya juga membaca buku namun tidak intens. Setiap orang punya gaya khas membaca bukunya masing-masing. Ada yang mungkin bisa marathon baca buku sampai tamat, ada yang suka baca per 5 lembar halaman, ada yang suka kasih garis pembatas custom bentuk unik dan masih banyak lagi.
Saya rasa cara setiap orang membaca buku itu perlu sebagai ciri khas masing-masing. Sebab jika tidak, maka orang tersebut bisa mengalami rasa bosan ketika membaca buku. Jadi buatlah senyaman mungkin agar aktivitas membaca buku sama asyiknya ketika sedang scroll media sosial yang bisa memakan waktu berjam-jam, wkwkwk (itu sih saya ya gaes, yang sukanya scroll medsos sampai lupa waktu).
Nah, kalau saya pribadi memiliki ciri khas yang tidak patut untuk dicontoh ya teman-teman ketika sedang membaca buku, yaitu jauh dari kata rapi. Saya tidak pernah memberi pembatas buku pada halaman terakhir yang sedang dibaca, melainkan melipatnya begitu saja.
Tentu hal ini akan menimbulkan bekas pada kertas karena akan terlihat jelas lipatan dari setiap halaman terakhir yang saya baca. Tidak estetik lagi kan buku tersebut jadinya. Jadi saya punya pengalaman setiap kali menaruh pembatas buku di halaman terakhir yang saya baca, beberapa hari kemudian pembatas buku itu akan hilang. Entah tersenggol salah satu orang ruamh atau tidak sengaja jatuh sehingga pembatas buku jadi hilang. Wallahu a'lam.
Yang pasti kecerobohan saya menyebabkan aktivitas membaca buku sering saya tunda karena lupa sudah halamn berapa yang dibaca. Akhirnya cara paling ampuh ya dengan melipat kertas halaman terakhir dan Insha Allah sih tidak akan berubah ya.
Decluttering Buku Dengan Cara Menyumbangkan ke Perpustakaan
Selain sekarang saya lebih banyak baca artikel di blog maupun artikel di Kompasiana, saya pun sedang melakukan decluttering terhadap beberapa buku yang sudah tidak dibaca lagi. Akhirnya cukup banyak juga buku yang sudah tidak saya baca dan ide untuk menyumbangkan ke Perpustakaan Kota Surabaya jadi solusi.
Perpustakaan Kota Surabaya berada di Jalan Rungkut Asri Tengah No. 5-7 Surabaya dan siapapun bisa menyumbangkan buku-buku yang mereka miliki. Namun ada beberapa buku yang mungkin tidak bisa diterima di Perpustakaan Kota Surabaya seperti majalah-majalah dari lembaga fundraising keagamaan dan buku yasin.
Biasanya setelah dilakukan serah terima buku yang disumbangkan, kita akan diberi kertas tanda terima yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak, baik itu penyumbang dan pihak perpustakaan.
Selain menyumbangkan buku ke Perpustakaan Kota Surabaya, kalian juga bisa menyumbangkan buku-buku yang sudah tidak terpakai lagi ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur. Kalau di perpustakaan ini, buku-bukunya lebih banyak dan beragam dibanding Perpustakaan Kota Surabaya. Tentu saja karena dikelola oleh Provinsi Jawa Timur.
Sebelum menyumbangkan buku di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, kalian bisa bertanya terlebih dahulu di resepsionis depan. Dulu ketika saya menyumbang beberapa buku, saya diarahkan ke lantai 2 dimana nanti ada petugas khusus yang memang bagian penerimaan buku-buku sumbangan dari masyarakat.
Penutup
Setiap orang punya caranya masing-masing dalam membaca buku. Yang terpenting adalah bagaimana kalian bisa menyerap keseluruhan isi buku dan mengambil pesan positif dari apa yang sudah dibaca.
Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Lipatan di Kertas Sudah Jadi Ciri Khas Ketika Saya Membaca Buku"