Eko Cahyono Sang Pembebas Buta Huruf dari Malang, Beri Kontribusi Nyata di Dunia Pendidikan
Daftar Isi
Percaya atau tidak, meskipun kita sudah memasuki era globalisasi dimana teknologi sudah berkembang pesat, namun ternyata fenomena buta huruf pada sebagian masyarakat masih ada. Meskipun jumlahnya tidak besar atau setara dengan 4 dari 100 penduduk Indonesia yang mengalami buta huruf namun tentu saja hal tersebut patut menjadi keprihatinan kita sebagai bangsa Indonesia.
Pada tahun 2022 data dari Badan Pusat Statistik atau BPS menunjukkan ada 3,65% penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas masih buta huruf. Meskipun jika dilihat dari angka, maka jumlah penduduk Indonesia yang buta huruf dapat dikatakan sudah berkurang drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Anda bisa membayangkan ketika di tahun 2012, tentu saja angka buta huruf masih tinggi di tahun tersebut. Mari kita flashback sejenak di tahun 2012 dimana angka buta huruf masih berada di persentase 7.03%.
Dan saya yakin penurunan yang cukup drastis sampai saat ini tidak lepas dari kontribusi banyak pihak, tak terkecuali para anak muda Indonesia yang peduli terhadap pendidikan di Indonesia.
Mengapa buta huruf selalu dikaitkan dengan pendidikan, sebab dengan seseorang telah mengenyam pendidikan maka dia akan terbebas dari buta aksara atau bebas buta huruf. Apalagi di zaman serba canggih seperti saat ini, dimana pendidikan pun sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, maka penduduk Indonesia sudah seharusnya banyak yang terbebas dari buta aksara.
Eko Cahyono dan Kegigihannya Meningkatkan Minat Baca Dengan Perpustakaan Anak Bangsa
Salah satu anak muda Indonesia yang peduli terhadap gerakan pembebasan buta huruf adalah Eko Cahyono. Pemuda asal Malang, Jawa Timur ini bahkan sudah sejak tahun 1998 peduli terhadap minat baca masyarakat di tempat tinggalnya.
Kalian bisa membayangkan betapa gigihnya Eko Cahyono sejak Juli 1998 mendirikan perpustakaan keliling yang dinamakan Perpustakaan Anak Bangsa. Perpustakaan ini berusaha menjangkau seluruh pembaca yang tersebar di kecamatan yang ada di Kabupaten Malang.
Awalnya Eko Cahyono adalah seorang pelajar SMA yang gemar membaca. Tentu saja hobi membaca seorang remaja bernama Eko Cahyono patut diapresiasi, karena bisa dikatakan tingkat literasi masyarakat Indonesia masih rendah.
Hal ini dibuktikan oleh data dari UNESCO bahwa Indonesia merupakan negara dengan urutan kedua terbawah dari segi literasi dunia. Minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah yaitu 0,001%. Tentu saja hal ini sangat membuat miris dimana justru masyarakat Indonesia lebih banyak menghabiskan waktu di depan gadget ketimbang membaca.
Karena kegemarannya membaca inilah akhirnya Eko Cahyono memiliki ide untuk mendirikan sebuah perpustakaan. Awalnya perpustakaan itu hanya dikhususkan bagi dirinya yang gemar membaca. Eko gemar membaca buku dengan tema apapun, sebut saja novel sastra, dan buku anak. Bahkan uniknya lagi Eko Cahyono pun menyukai membaca skripsi sehingga perpustakaan yang didirikannya pun menerima skripsi dari mahasiswa yang telah lulus kuliah. Tentu saja sistem seleksi tetap diberlakukan Eko Cahyono agar buku-buku yang masuk ke perpustakaannya tidak mengandung unsur negatif, sehingga bisa dibaca mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.
Lalu darimanakah Eko Cahyono mendapat berbagai buku untuk ditaaruh perpustakaannya, maka jawabannya adalah melalui donatur dari masyarakat yang mengetahui keberadaan Perpustakaan Anak Bangsa. Selain itu juga, Eko Cahyono berinisiatif meminta sumbangan buku-buku kepada orang-orang yang baru saja keluar dari salah satu toko buku besar yang ada di Kota Malang. Lho kok bisa? Sebab Eko Cahyono beranggapan jika seseorang masuk ke toko buku artinya mereka sudah pernah memiliki beberapa buku sebelumnya dan mungkin saja sudah tidak terpakai lagi. Sungguh kreatif bukan!
Kini, Perpustakaan Anak Bangsa telah melahirkan 26 cabang perpustakaan yang tersebar di 35 desa yang ada di 7 kecamatan, Kabupaten Malang, Kecamatan tersebut antara lain kecamatan Tumpang, kecamatan Poncokusumo, kecamatan Wates, Kecamatan Kepanjen dan Kecamatan Jabung dimana Eko Cahyono berdomisili. Perpustakaan Anak Bangsa memiliki anggota kurang lebih 8.000 orang sampai dengan tahun 2016, dan tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah seiring berjalannya waktu.
Eko Cahyono dan Penghargaan SATU Indonesia Awards 2012
Siapa sangka seorang Eko Cahyono yang dulunya sempat ingin diusir oleh keluarga, justru memberikan kontribusi yang tidak main-main terhadap dunia pendidikan di Kabupaten Malang. Bahkan Eko Cahyono rela dan ikhlas menjual sepeda motor kesayangan demi memperluas perpustakannya.
Karena kegigihannya dalam memberantas buta huruf dengan mendirikan Perpustakaan Anak Bangsa inilah, akhirnya Eko Cahyono, pemuda kelahiran 28 Maret 1980 ini mendapatkan perhargaan dan apresiasi dari SATU Indonesia Awards pada tahun 2012 dalam kategori Pendidikan, yaitu sebagai Pembebas Buta Huruf dari Malang, Jawa Timur.
SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards merupakan program penghargaan yang diselenggarakan oleh PT. Astra International, Tbk setiap tahunnya. Program ini memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para anak muda Indonesia yang telah memberikan kontribusi positif di masyarakat Indonesia.
Kontribusi tersebut meliputi bidang Pendidikan, Lingkungan, Teknologi, Kewirausahaan dan Kesehatan.
Penutup
Banyak sekali manfaat dari membaca buku, antara lain:
- Memperluas wawasan dan menambah informasi akan sesuatu hal
- Melatih seseorang untuk menganalisa sesuatu hal dan berpikir secara kritis
- Membaca dapat mencegah seseorang dari kepikunan terutama pada lanjut usia
- Meningkatkan tingkat konsentrasi dan fokus seseorang
Jangan habiskan waktu kalian untuk melakukan aktivitas yang sia-sia, namun pergunakanlah waktu luang untuk melakukan kegiatan positif, salah satunya membaca. Semoga apa yang dilakukan oleh Eko Cahyono bisa menginspirasi kalian yang tinggal di berbagai daerah mana pun juga di Indonesia untuk turut serta meningkatkan literasi.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
https://dataindonesia.id/pendidikan/detail/tingkat-buta-huruf-penduduk-dewasa-ri-terus-turun-hingga-2022
https://news.republika.co.id/berita/mwyw5l/kemendikbud-36-juta-rakyat-indonesia-buta-huruf
https://dataindonesia.id/ragam/detail/tingkat-buta-huruf-penduduk-dewasa-ri-terus-turun-hingga-2022
https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media
Posting Komentar