Cara Menyikapi Adanya Social Cost Untuk Anak di Sekolah
Daftar Isi
Jadi postingan saya kali ini terinspirasi oleh postingan Instagram Feed oleh salah satu teman blogger. Teman blogger saya itu memposting mengenai Dana Sosial atau Social Cost yang seharusnya disediakan orangtua untuk anak-anaknya yang masih sekolah.
Saya pribadi pun baru mendengar mengenai social cost ini, sampai akhirnya saya teringat dengan kakak ipar yang sering update status di Whatsapp storynya. Jadi saya sering sekali melihat kakak ipar membagikan kegiatannya bersama kedua anaknya di sekolah, sebut saja:
- Memberi hadiah kepada guru wali kelas ketika perayaan hari guru.
- Acara makan-makan bersama orangtua murid
- Acara tour sekolah untuk para murid, dan masih banyak lagi.
Biasanya sih saya paling sering melihat status kakak ipar yang suka buat acara bersama orangtua murid dengan makan bersama. Dan keponakan perempuan saya pun kerap kali tampil menari bersama teman-teman di sekolahnya. Tentu saja biaya kostum tidak gratis dan mungkin saja ada biaya yang harus dikeluarkan oleh kakak ipar saya.
Lalu saya berpikir, dulu ketika zaman saya sekolah yaitu tahun 1980-an bisa dibilang tidak ada kegiatan sosialisasi semacam itu. Orangtua murid bahkan tidak pernah saling bertatap muka, kecuali ketika mengambil rapor anaknya. Itupun mungkin hanya bertemu beberapa menit, karena harus bergiliran antri mengambil rapor.
Zaman kemudian berubah puluhan tahun lamanya hingga akhirnya kita memasuki era dimana sosialisasi intens itu perlu, bukan hanya antar murid, guru dengan murid, namun juga sosialisasi antar orangtua murid. Beberapa kegiatan yang mungkin tidak ada di zaman dulu saya sekolah namun sekarang ada, misalnya:
- Pemberian hadiah kepada guru yang sedang berulang tahun atau perpisahan
- Pemberian bantuan kepada guru maupun teman sekelas yang sedang sakit atau berduka
- Kegiatan playdate atau bermain anak-anak
- Kegiatan berkumpul para orangtua murid apabila sedang ada kegiatan ekstra kurikuler.
- Serta berbagai kegiatan lainnya.
Social cost atau biaya sosial anak di sekolah sendiri merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh orang tua apabila ada kegiatan di luar belajar mengajar. Tentu saja kegiatan tersebut dilaksanakan atas dasar kesepakatan oleh berbagai pihak.
Tentu saja sebagai orangtua, kita harus menyesuaikan hal tersebut karena tidak ingin membuat anak malu dan menjadi tersisihkan di sekolah. Meskipun mungkin saja kebiasaan setiap sekolah itu berbeda-beda. Pastinya karakter setiap orangtua murid pun berbeda-beda. Ada yang dermawan sehingga selalu menyumbang di setiap kegiatan yang diadakan di sekolah, namun ada juga orangtua yang mungkin karena keterbatasan ekonomi enggan untuk menyumbang setiap kali ada urunan di sekolah.
Social cost tentu saja tidak dapat dihindari dalam kehidupan kita sebagai makhluk sosial. Nah, di zaman sekarang tentu sekecil apapun pengeluaran harus mendapat perhatian. Jangan sampai karena merasa malu dan juga gengsi, kita sebagai orangtua tidak bisa mengontrol pengeluaran untuk dana sosial anak di sekolah.
Sikapi Social Cost Anak Secara Bijak
Jangan keburu antipati dulu dengan istilah social cost ini. Anda bisa mulai belajar dari sekarang mempersiapkan social cost. Berikut cara menyikapi adanya social cost untuk anak di sekolah:
1. Sisihkan Pendapatan Untuk Social Cost Anak
Mau tidak mau, fenomena social cost itu ada dan kita sebagai orangtua harus siap apabila suatu ketika diminta sumbangan semampunya dari perkumpulan orangtua. Persiapkan sejak dini social cost untuk anak di sekolah. Jumlahnya tentu saja disesuaikan dengan kemampuan sebagai orangtua. Jangan sampai memberatkan tentu saja.
2. Beri Penjelasan Kepada Perkumpulan Orangtua
Biasanya orangtua murid akan terhubung dalam grup Whatsapp dengan orangtua murid lainnya. Akan banyak hal yang dibahas oleh orangtua murid di dalam grup tersebut. Bisa jadi salah satu yang dibahas adalah social cost anak di sekolah. Jika itu terjadi, maka Anda jangan langsung anti terhadap topik itu. Dengarkan saja terlebih dahulu, lalu Anda bisa meminta izin secara baik-baik untuk menyampaikan kepada salah satu orangtua apabila benar-benar sedang tidak ada dana untuk social cost.
3. Beri Pemahaman Kepada Anak
Kita hidup di era yang serba terbuka terhadap berbagai informasi. Anak pun sekarang dengan mudahnya menerima informasi. Sebagai anak, biasanya akan malu jika dia tidak aktif dalam setiap kegiatan baik itu di sekolah maupun di luar sekolah. Apalagi jika menyangkut biaya dimana kebetulan orangtuanya tidak punya uang lebih untuk saling urun dalam rangka social cost anak. Sebagai orangtua yang bijak, Anda harus memberikan pemahaman kepada anak akan keterbatasan dana tersebut.
Jangan jadikan social cost sebagai upaya menimbulkan kesenjangan sosial antara para orangtua murid. Namun fenomena social cost kemungkinan tetap ada di setiap sekolah dan kita harus bijak menyikapinya.
Semoga bermanfaat.
Posting Komentar