Jika Anak Suka Berantem di Sekolah: Apa yang Sebaiknya Orangtua Lakukan

Daftar Isi
 

Apakah anak Anda suka bertengkar dengan teman sekelas atau satu sekolah? Jika iya, maka coba jangan abaikan akan hal itu. Anda harus mencari tahu kenapa anak sering bertengkar dengan teman satu sekolah. Jangan bilang, "namanya saja anak kecil, wajar kalau berantem dengan temannya di sekolah." Kalau sekali berantem karena rebutan barang seperti alar tulis mungkin masih wajar, namun jika berkali-kali anak bertengkar dengan beberapa temannya, maka orangtua harus peka. Jangan-jangan ada yang salah dengan perkembangan anak kita.

Jadi ceritanya, teman kerja saya mengirim pesan WhatsApp kalau dia dipanggil oleh guru tempat anaknya bersekolah. Usut punya usut ternyata anak dari teman saya diduga melakukan perkelahian dengan teman sekelas dan bahkan parahnya sampai melakukan pemukulan yang menyebabkan temannya cedera di perut.

Tak terima anaknya diperlakukan kasar oleh anak dari teman saya, orang tuanya melaporkan ke pihak berwajib dan melakukan visum atas anaknya. Tentu saja teman saya stress karena harus menghadap guru anaknya keesokan hari. Beruntung teman saya ini punya kemampuan negosiasi yang cukup memadai, sehingga orang tua dari korban akhirnya mencabut laporan dan teman saya menjadi jaminan atas apa yang dilakukan oleh anaknya.

Duh, stress ya jadi orang tua. Di satu sisi, anak adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Namun di sisi lain ada tantangan bagi orangtua untuk dapat mendidik anak dengan benar sehingga anaknya bisa berperilaku positif di masyarakat.

Kebetulan anak dari teman saya ini duduk di bangku kelas 2 SMP dan berjenis kelamin perempuan. Wah, perempuan tapi kok suka berkelahi ya? Mungkin itu pertanyaan yang terlontar manakala mendengar atau membaca cerita saya.

Sebenarnya mau perempuan ataupun laki-laki, tidak menyebabkan mereka menjadi berbeda ketika bergaul dimanapun berada. Entah faktor lingkungan tempat tinggal, pergaulan di sekolah yang menyebabkan seorang anak mampu meniru perbuatan orang lain yang mungkin dianggap wajar.

Sebagai orangtua, pastinya stress apabila bolak bali harus mendapat panggilan dari guru Bimbingan Konseling di sekolah. Orangtua harus ijin dari tempat kerjanya, dan bukan tidak mungkin akan mendapat sanksi dari kantor. Selain itu juga apabila kasus anak sering berkelahi cukup sering, didengar oleh tetangga, maka akan menimbulkan image negatif terhadap anak maupun kedua orangtuanya. 

Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus orangtua lakukan terhadap anak yang suka berantem di sekolah, diantaranya:

1. Dengarkan Alasan Anak Melakukan Perkelahian Tersebut

Memang, tidak akan ada asap jika tidak ada api. Bisa jadi anak yang melakukan perkelahian memiliki motif tersendiri. Misalnya saja anak sering dibully oleh teman-temannya, sehingga cara paling ampuh adalah dengan melawan melalui tindakan fisik. Hal ini dimaksudkan agar teman-teman yang melakukan bullying akan berhenti dari tindakan tak terpujinya tersebut.

Namun jika alasannya terlalu dibuat-buat, maka ayah dan bunda bisa berdiskusi mengenai tindakan selanjutnya yang akan diterapkan kepada si anak. Lihat terlebih dahulu, sudah berapa kali anak berkelahi di sekolah. Datang ke sekolah dan bicarakan dengan guru wali kelas dari anak, siapa tahu ada solusi yang bisa dicapai.

2. Beri Nasihat

Apabila anak Ayah dan Bunda baru pertama kalinya melakukan perkelahian, tentu tidak terlalu sulit untuk memberi nasihat kepada mereka. Namun apabila kejadian itu sudah dilakukan secara berulang kali, maka tentu ada trik sendiri yang bisa meluluhkan hati anak agar tidak terlalu jauh terlibat dalam perkelahian. Apalagi zaman sekarang sudah semakin canggih, jika anak tidak punya motif kuat untuk berkelahi, orangtua lawan bisa menuntut ke pihak berwajib lho.

Anak yang sudah masuk fase remaja apalagi banyak memiliki teman, mungkin bisa dinasihati berulang kali oleh orangtua. Namun, bagaimana jika nasihat ternyata tidak mempan untuk anak? Maka, point nomor 3 bisa jadi langkah berikutnya.

3. Beri Hukuman

Hukuman yang dimaksud di sini tentu saja bukan tindakan fisik yang bisa mengakibatkan cidera pada anak. Apalagi zaman sekarang, kita mengenal yang namanya inner child, yaitu luka batin yang dialami anak ketika dia kecil lalu terbawa sampai dewasa.

Orangtua bisa memberi hukuman ringan seperti tidak diberi fasilitas gadget selama beberapa minggu, atau nominal uang jajan dikurangi. Memang kedengarannya sepele, namun bagi anak yang memiliki ketergantungan dengan gadget, mungkin akan berpikir dua kali. Meskipun bermain gadget terlalu sering juga tidak baik baik anak, namun setidaknya anak akan berpikir berulang kali ketika hendak melakukan perkelahian di sekolah.

Selain itu pula, orangtua dapat sedikit memberi "ancaman" bagi anak untuk dipindahkan sekolahnya apabila masih sering berkelahi.

Penutup

Saya memang belum atau tidak memiliki anak, namun begitu prihati apabila mendengar cerita teman yang mengalami masalah dikarenakan anak. Inginnya dalam hidup ini tidak ada masalah, namun tentu sebagai manusia selalu ada saja tantangan dalam hidup.

Semoga kalian para orangtua diberi kesabaran dan ketangguhan dalam mendidik anak dari kecil hingga dewasa.

Posting Komentar