Sejatinya bekerja merupakan kebutuhan setiap individu yang sudah memiliki kemampuan untuk menghasilkan uang. Bekerja bagi sebagian orang merupakan kewajiban, apalagi jika seseorang itu merupakan kepala keluarga dimana harus menafkahi seluruh anggota keluarga.
Tentu saja kita merasa senang apabila diterima bekerja di salah satu perusahaan. Apalagi jika kita bisa terpilih dari sekian ribu orang yang melamar di pekerjaan tersebut. Bekerja sejatinya juga merupakan bagian dari memenangkan kompetisi sekaligus tanda bahwa kita masih dipilih oleh Allah SWT untuk diberi rezeki berlebih.
Nah, berbicara mengenai pekerjaan pastinya kita semua tahu kalau sekarang ini mencari kerja bisa dibilang sangatlah susah. Entah kenapa, saya pun merasa demikian. Apalagi di usia yang tidak muda lagi bagi saya dan sebagian orang, bekerja merupakan hal yang sangat sulit ditembus kecuali datang keajaiban dari Allah SWT.
Ada saja kualifikasi dari perusahaan yang merekrut dimana tidak masuk akal. Misalnya faktor usia dimana banyak sekali lowongan kerja yang mengharuskan kualifikasi tenaga kerja mereka maksimal usia 30 tahun misalnya.
Kalian yang sudah diterima bekerja, saran saya harus disyukuri dan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Jangan melalukan tindak indisipliner di kantor dan yang pastinya usahakan jangan jadi kutu loncat.
Dulu sekitar 12 tahun lalu, saya punya teman yang kerjanya pindah-pindah perusahaan. Bahkan tidak dalam hitungan tahun, teman saya selalu berganti pekerjaan setiap 3 sampai 6 bulan sekali. Takjubnya lagi, teman saya itu selalu saja berhasil diterima bekerja kembali di perusahaan baru.
Selain memang teman saya itu pintar, Allah SWT juga memberinya rezeki cukup bagus sehingga tidak ada satu bulan pun dia menganggur. Saya pun sempat iri, karena mudahnya dia mendapat kerja di tempat lain dalam waktu singkat.
Akhirnya saya juluki teman tersebut sebagai kutu loncat yang sukanya pindah-pindah pekerjaan.
Plus Minus Jadi Kutu Loncat di Dunia Kerja
Segala sesuatu keputusan dalam hidup ini tentu saja mengandung plus minus alias ada kebaikan namun tak luput dari sisi negatif. Ada beberapa kelebihan ketika kita menjadi kutu loncat di dunia kerja, misalnya saja:
- Tidak terlalu lama berada di zona nyaman
Saya pernah berada di zona nyaman selama hampir 13 tahun dan memang hasilnya kurang baik. Saya jadi tidak punya kemampuan untuk berkmpetisi dan cenderung menjadi pemalas. Saya merasa sudah aman di perusahaan sebagai karyawan karena merasa punya gaji bulanan yang tetap diterima setiap bulan.
Bagi si kutu loncat di dunia kerja, mungkin tidak ada namanya zona nyaman karena dia sering pindah-pindah pekerjaan. Si kutu loncat akan mampu beradaptasi di lingkungan baru dengan segala tugas dan tanggung jawab baru juga.
Si kutu loncat pun seperti tidak punya rasa takut menakala harus pindah-pindah pekerjaan seolah ada yang diyakini bahwa rejeki tidak hanya milik satu perusahaan saja.
- Punya skill yang lebih bervariasi
Ketika kamu si kutu loncat pindah-pindah pekerjaan, maka secara tidak langsung akan belajar hal baru juga. Belajar hal baru tentu akan menambah skill, terlebih jika skill tersebut belum pernah kamu kuasai.
Sehingga dalam hal ini, seorang yang terbiasa gonta ganti pekerjaan, sebenarnya juga sedang menantang dirinya sendiri untuk belajar skill baru di kantor yang baru juga. Setidaknya jika si kutu loncat resign dan cari kerja lagi, maka dia sudah mengantongi skill baru di kantor lamanya.
- Punya pengalaman lebih di beberapa perusahaan
Terkadang stuck hanya di satu perusahaan kurang bisa membuat kita berkembang juga. Kita jadi tidak bisa menilai karakter rekan kerja lebih banyak dan juga kita tidak bisa belajar budaya perusahaan lain.
Seorang kutu loncat tentu saja akan punya banyak pengamanan dalam mengenal budaya perusahaan, karakter berbagai manusia di dunia kerja serta hal-hal baru yang mungkin tidak semua orang dapatkan ketika dia loyal di satu perusahaan.
Tapi tentu saja di balik manfaat positif menjadi kutu loncat di dunia kerja, ada dampak negatif yang mungkin tidak disadari oleh si kutu loncat, yaitu:
- Tidak dianggap loyal oleh bagian personalia suatu perusahaan
Si kutu loncat di dunia kerja juga bisa kena batunya manakala bertemu dengan divisi personalia yang ketat dalam hal karir. Misalnya saja si kutu loncat akan melakukan interview dengan bagian HRD yang ketat, dia akan banyak mendapat pertanyaan seputar hobinya pindah-pindah kerja.
Si kutu loncat cenderung dianggap tidak loyal para perusahaan hingga akhirnya menjadi pertimbangan untuk diterima menjadi karyawan.
- Sulit mendapat jenjang karir
Bagaimana mau mendapat kenaikan gaji, kalau tiap 6 bulan sekali si kutu loncat pindah kerja. Hal ini dikarenakan seorang karyawan biasanya bisa mendapatkan kesempatan untuk naik gaji dan jenjang karirnya meningkat apabila sudah bekerja di sebuah perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Semoga apa yang saya tulis ini bisa menjadi pencerahan bagi kalian yang sedang mencari pekerjaan atau sudah bekerja namun ingin pindah kerja, agar mempertimbangkan apabila suka gonta ganti pekerjaan.
Ingat bahwa di luar sana ada banyak orang yang tidak bekerja dan butuh pekerjaan sehingga si kutu loncat bisa kalah oleh tenaga kerja loyal yang juga memiliki skill setara dengan dirinya.
Posting Komentar untuk "Jangan Keseringan Jadi Kutu Loncat Dalam Bekerja"