Adab di Atas Ilmu

Daftar Isi
Adab di atas Ilmu
Credit Photo: Pexels

Percaya tidak kalian kalau zaman sekarang itu semakin muda usia orang-orang yang meraih titel Magister. Semua orang seolah-olah berlomba untuk meneruskan pendidikan setinggi-tingginya. Saya melihat fenomena seperti itu sih ya. Misalnya saja ketika teman saya bercerita di saat dirinya melanjutkan studi Magister, ternyata hampir 90% teman-teman seangkatan justru berusia jauh di bawahnya. 

Saya melihat fenomena dimana jenjang pendidikan tertinggi sekalipun seperti Magister bahkan Doktor sudah diisi oleh generasi muda di usia 25an. Padahal zaman kakak saya ketika itu menempuh pendidikan Magister di usia 35 tahun saja dianggap masih muda belia.

Senang bisa melihat adanya perubahan dalam pola berpikir tentang pendidikan di masyarakat kita. Namun apakah dengan ilmu tinggi yang diraih oleh seseorang akan menjamin dirinya memiliki adab yang bagus pula? Rasanya belum tentu juga yah, karena kembali lagi pola berpikir seseorang itu berbeda tergantung bagaimana lingkungan dan dirinya sendiri.

Seharusnya seseorang yang berilmu tinggi dibarengi dengan adab yang baik juga. Menurut Wikipedia, adab memiliki pengertian sebagai aturan sopan santun yang didasarkan pada aturan agama. Lantas, apakah semua orang memiliki adab? Jawabannya belum tentu juga.

Mengapa seseorang tidak memiliki adab atau belum paham adab seperti apa yang harus dimiliki. Bisa jadi karena ketika kecil tidak ditanamkan oleh kedua orang tuanya atau memang lingkungan pergaulanlah yang menjadikan seseorang tidak memiliki adab.

Mau setinggi apapun ilmu yang diraih oleh seorang manusia, bagi saya dia tetap harus mengutamakan adab daripada ilmu. Beberapa contoh adab yang harus diutamakan di atas ilmu misalnya:

1. Adab Terhadap Orang yang Lebih Tua

Misalkan saja di kantor ada seorang pegawai yang kedudukannya di bawah kalian namun berusia lebih tua, maka perlakukan layaknya dia sebagai orang yang memang lebih tua dari kalian. Mintalah tolong ketika butuh bantuannya dan ucapkan terima kasih setelah dia melakukan segala instruksimu.

Jangan mentang-mentang kedudukanmu lebih tinggi di atas pegawai tua itu lantas kamu bisa seenak hati memerintah tanpa mengucapkan terima kasih. Atau misal dengan asisten rumah tangga di rumah yang sudah puluhan tahun mengabdi pada kita. Dengan baktinya sebagai asisten rumah tangga, maka perlakukanlah mereka selayaknya saudaran dengan tidak membedakan makan serta minumnya.

2. Adab Terhadap Pimpinan Kerja

Seburuk-buruknya pimpinan kerja di kantor, mereka tetapkan pimpinan yang memikirkan bagaimana caranya agar perusahaan tetap hidup dan dapat menggaji seluruh karyawannya. Banyak sekali kejadian dimana karyawan sebuah perusahaan kurang memiliki adab terhadap pimpinan. Karyawan yang menganggap dirinya lebih pintar dari pimpinannya, sehingga tidak bertanggung jawab dalam pekerjaannya.

Selama pimpinan kerja di kantormu tidak memperlakukanmu dengan sewenang-wenang, maka hargailah dia sebagai pimpinan. 

3. Adab Terhadap Pasangan 

Suami maupun istri selayaknya kita hargai. Walaupun misal kamu adalah seorang suami yang memiliki hak penuh atas istri, namun tetap berkata lembutlah apabila membutuhkan bantuannya. Seorang istri walaupun di kantor pangkat dan kedudukannya lebih tinggi dibanding suami, namun di rumah dia memiliki kewajiban untuk patuh kepada suami. 

Di sinilah adab itu lebih tinggi di atas ilmu. Kadang saya terinspirasi dari kisah sinetron yang mungkin relevan dengan kehidupan nyata. Bahwa ada istri yang merasa memiliki pendidikan tinggi lantas sewenang-wenang terhadap suami. Semoga kita dijauhkan dari rumah tangga yang seperti ini. 

Penutup

Demikianlah secara singkat mengenai fenomena beberapa orang yang masih meremehkan adab terhadap orang lain karena dirasa memiliki kedudukan, pangkat serta ilmu yang lebih tinggi. Padahal sejatinya hidup itu bukan tentang saling memamerkan ilmu, kedudukan ataupun harta.

Bukankah kita ingin diperlakukan dengan adab yang baik oleh orang lain? Maka perlakukan terlebih dahulu orang lain dengan adab yang santun.

Posting Komentar